Transformasi Manchester City Bersama Guardiola

casinobet77 – Manchester City di musim pertama Josep Guardiola berbeda dengan Manchester City yang musim ini jadi juara Liga. Dalam dua musim, Pep Guardiola mentransformasi City.

Musim 2016/2017 adalah yang terburuk yang dijalani Guardiola setelah dia menjadi pelatih. Pada periode itu dia menyudahi kompetisi tanpa meraih satupun trofi. Sebuah cela dalam rekam jejak kariernya yang luar biasa berkilau.

Pada tahun pertamanya menjadi manajer Manchester City saat itu, Guardiola sebenarnya mengawali dengan gemilang. Dia mengantar City meraih 10 kemenangan beruntun di Liga Inggris, yang dilanjutkan dengan hasil imbang dan kemudian kalah oleh Tottenham Hotspur.

Kekalahan tersebut menjadi titik balik City. Mereka tak pernah lagi menemukan level penampilan yang sama di sisa musim. Finis ketiga Premier League, terdepak di semifinal Piala FA, sampai babak keempat Piala Liga dan dihantam Barcelona di 16 besar Liga Champions menjadi akhir perjuangan di semua kompetisi.

Musim pertama Guardiola di City berakhir tanpa dia meraih satupun gelarMusim pertama Guardiola di City berakhir tanpa dia meraih satupun gelar Foto: Action Images via Reuters / Jason Cairnduff

Bahkan untuk Josep Guardiola, adaptasi adalah hal yang tak terhindarkan. Bukan bagaimana Guardiola beradaptasi dengan Liga Inggris, tapi soal bagaimana penggawa City menerima pelajaran, taktik, dan filosofi sepakbola ala Pep untuk kemudian diterapkan di atas lapangan.

Di musim kedua menukangi City, Guardiola akhirnya mendapati apa yang dia butuhkan untuk mengulang sukses di Spanyol dan Jerman. Statistik City di kedua musim jelas menunjukkan itu.

Musim ini City mengumpulkan 87 poin dari 33 pekan. Mereka meraih 28 kemenangan, tiga kali bermain imbang, dan hanya dua kali kalah.

Pemain-pemain kunci sukses Guardiola mengantar Man City jadi juara musim iniPemain-pemain kunci sukses Guardiola mengantar Man City jadi juara musim ini Foto: REUTERS/Darren Staples

Sementara pada periode yang sama musim lalu, City cuma punya 65 poin. Jumlah kemenangan mereka musim lalu 19, delapan kali imbang, dan enam kali kalah.

City punya 93 gol dan hanya kemasukan 25 kali di 2017/2018. Sementara setahun sebelumnya, setelah 33 pertandingan, mereka menghasilkan 63 gol dan kemasukan 35 kali.

Saat Leicester City dan Chelsea memenangi Liga Inggris, rata-rata penguasaan bola mereka per laga adalah 40 dan 53 persen. Sementara di musim ini, City punya rata-rata ball possession hingga 71%.

Sukses City musim ini tentu saja tak bisa dilepaskan dari belanja besar-besaran yang mereka lakukan. Tapi Guardiola tak menghabiskan uang banyak milik Sheikh Mansour untuk membeli superstar di lini depan, atau bintang besar dengan kemampuan gocek-gocek bola yang sangat istimewa. Orang Catalan itu tahu benar siapa dan apa yang dia butuhkan.

Maka datanglah Ederson, Bernardo Silva, Benjamin Mendy, Aymeric Laporte, Kyle Walker dan Danilo. Mereka adalah gelombang kedua pembelian City setelah di musim lalu memboyong Leroy Sane, John Stones, Gabriel Jesus, Ilkay Gundogan dan Oleksandr Zinchenko.

City membeli banyak pemain. Tapi Guardiola, sebagaimana di Barcelona dan Bayern Munich, juga mampu mengoptimalkan pemain yang sudah ada dalam skuat. Lihat saja bagaimana Kevin de Bruyne dan David Silva bermain jauh lebih dalam, atau Raheem Sterling yang menjelma menjadi topskorer klub sejauh musim ini berjalan.

Salah satu kunci utama sukses City juga karena peran Ederson Moraes sebagai pembagi bola dan sebagai awal mereka membangun serangan. Musim lalu City kerap canggung dan kehilangan bola saat lawan menekan di sepertiga pertahanan- yang tercermin jelas saat mereka kalah 0-4 dari Barcelona di Liga Champions. Tapi itu tak terjadi lagi kali ini.

Manchester City menjuarai liga musim ini karena lebih matang plus pemain-pemain lebih memahami apa yang diminta Guardiola. Dan, seperti keyakinan Ilkay Guendogan, City bersama Guardiola bisa saja mendominasi Inggris sampai beberapa musim mendatang.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

%d bloggers like this: