Susy Susanti Sebut Aturan Baru Bikin Bulu Tangkis Tak Bisa Dinikmati Lagi

JAKARTA – Tiga peraturan baru yang dikeluarkan oleh Federasi Bulu Tangkis Dunia (BWF) nyatanya mendapat tentangan dari Kepala Bidang Pembinaan dan Prestasi PP PBSI, Susy Susanti. Pasalnya, Susy menilai ketiga aturan tersebut justru akan menyulitkan para atlet berlaga dan masyarakat pun akan dibuat bingung.

Ketiga peraturan baru yang dibuat oleh BWF tersebut meliputi, pertama para pemain elite dunia diwajibkan bertanding minimal 12 turnamen dalam setahun. Kedua, batas tinggi servis, yang semula berdasarkan tinggi rusuk terbawah masing-masing pemain, kini menjadi satu acuan standar, yakni 115 cm dari pemukaan lapangan.

Kemudian yang ketiga mengenai perubahan sistem skor pertandingan, yang semula reli poin 21 kini menjadi skor 11 poin dikali lima game. Untuk peraturan ketiga, meski belum diresmikan, namun BWF berenacana menyiapkan peraturan tersebut untuk perhelatan Olimpiade Tokyo 2020.

Menanggapi hal tersebut, Susy menilai bahwa peraturan ketiga akan membuat bulu tangkis kehilangan nilai seni dan keindahannya. Pasalnya, dengan satu game hanya berlangsung hingga 11 poin, maka permainan akan menjadi lebih cepat selesai. Ditambah lagi, Susy menyoroti apabila dalam laga tersebut banyak pukulan yang mati atau melakukan fault.

“Main dengan sistem skor 11 x 5 ini, satu poin kalau out, satu poin kalau fault, jadinya nggak ada permainan, mungkin dalam lima menit sudah selesai. Waktu perubahan sistem skor pindah bola ke reli poin, awalnya dibilang cepat, sekarang dibilang terlalu lama, mau dipotong lagi, mau dibikin seperti apa?” ungkap Susy, seperti dilansir laman resmi PBSI, Minggu (25/2/2018).

“Mungkin yang bikin aturan enak, tapi yang menjalankannya butuh latihan seperti apa, polanya beda semua. Jadinya kita agak susah menikmati permainan badminton, terlalu cepat. Belum lagi nanti servis di-fault, bola out, habis deh, jadi tidak ada seninya,” lanjutnya.

“Orang kan mau menikmati, bagaimana pemain ketinggalan terus menyusul, seperti kemarin Firman (Abdul Kholik) yang ketinggalan 14-20 lalu bisa menang, adu strategi, fisik, keberanian. Nah kalau skor 11 x 5 ya nggak ada. Nggak ada ceritanya. Main apa? nggak tahu, tadi mati semua, nanti ngasih penjelasannya gimana ke mas dan mbak media seperti ini? Tadi mati semua pukulannya, ha ha ha,” tandas peraih mendali emas Olimpiade Barcelona 1992 itu.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

%d bloggers like this: