casinobet77 – Akhir pekan ini bakal digelar lagi Indonesian Downhill seri 1 yang dihelat di Imogiri, Bantul. Tak ada atlet nasional yang turun di sini.
Setelah digelar di New Selo, Boyolali, bulan lalu, kali ini gelaran 76 IDH dilangsungkan di Bukit Hijau Park, Imogiri, Bantul. Yang beda kali ini adalah tidak ada nama atlet-atlet nasional.
Popo Ariyo Sejati, Khoiful Mukhib, Hildan Afosma Katana, dan Nining Purwaningsih yang berjaya di seri New Selo harus absen karena tergabung dalam pelatnas MTB Asian Games 2018 di Australia.
Direktur Indonesian Downhill, Parama Nugroho, melihat absennya para atlet nasional tidak akan mengurangi serunya kompetisi di Bukit Hijau Bike Park. Justru hal ini bisa memacu peserta/atlet lain yang tersisa untuk tampil sebagai yang terbaik.
“Absennya atlet pelatnas justru membuka peluang untuk atlet lain naik podium. Saya mengharapkan ada kejutan dari pembalap lain karena mereka punya kesempatan untuk menjadi yang tercepat,” ujar Nugroho.
Prediksi Nunung memang tidak meleset. Saat seeding run, atau pengambilan waktu terbaik untuk penentuan posisi start, Pahraz Salman Alparisi, yang turun di kelas men’s junior justru mencatat waktu tercepat dengan dua menit 16.205 detik. Catatan waktu itu bahkan lebih cepat daripada catatan waktu tercepat di kelas men’s elite A milik Robert Agung Wahyudi.
Pahraz mampu melibas trek Bukit Hijau yang memiliki karakter sulit dan elevasi yang terjal dengan mulus. Catatan waktu miliknya lebih cepat 31 detik dari pesaing terdekatnya di kelas men’s junior, Abdul Muhaimin.
Di kelas men’s elite, Robert yang turun membela Garuda FJC Team ISSI Blora melibas trek Bukit Hijau dalam waktu dua menit 17.991 detik, sementara Mulyadi Ateng dari tim Gopad berada di urutan kedua dengan waktu dua menit 19.134 detik.
Ateng mengaku bermasalah dengan pemilihan racing line sehingga dia kehilangan banyak waktu.
“Tadi saya pilih jalur B, jadi kehilangan momentum ke bawahnya, tepat sebelum jembatan. Insya Allah, besok saya bisa memperbaiki waktu dan tampil lebih cepat,” tutur Ateng.
Sementara itu, di kelas master expert A, yang dihuni oleh mantan atlet nasional, juga terjadi persaingan ketat. Nur Warsito, yang seharusnya turun di kelas master expert B karena faktor usia, malah naik ke kelas master expert A agar bisa bersaing dengan pembalap yang lebih muda.
Hasilnya, juara PON 2012 ini mencatat waktu tercepat dua menit 39.339 detik, disusul peraih medali emas SEA Games 2011, Poernomo, yang mencatat waktu 4,5 detik lebih lebih lambat. Chrisdian Mardianto di urutan ketiga dengan waktu dua menit 47.774 detik.
“Tadi di berm terakhir saya ambil jalur luar, jadi punya daya lebih untuk memacu sepeda. Ternyata bisa lebih cepat,” papar Nur.
Mereka yang mencatat waktu tercepat akan mendapat giliran start terakhir pada final run, yang berlangsung Minggu (22/4).