JAKARTA – Pelatih ganda putri pemusatan pelatihan nasional Persatuan Bulu Tangkis Seluruh Indonesia (PBSI) Eng Hian mengatakan akan mewaspadai emosi atlet-atletnya saat melakukan pukulan servis menyusul aturan batasan ketinggian 115 cm di All England 2018.
“Perhatian saya saat ini yaitu bagaimana mengendalikan emosi para pemain saat servis meskipun seharusnya tidak ada masalah bagi pemain soal adaptasi aturan baru itu,” kata Eng Hian di pelatnas PBSI Cipayung, Jakarta Timur, Jumat.
Selain mewaspadai dan mengendalikan emosi atlet-atletnya, Eng Hiang mengatakan aturan baru Federasi Bulu Tangkis Dunia (BWF) tentang batasan ketinggian pukulan servis 115 cm itu perlu penjelasan lebih detail.
“Apakah ada aturan khusus terkait jarak pandang dari hakim servis? Itu akan mempengaruhi emosi atlet. Tapi, pak Edy sebagai wasit asal Indonesia mengatakan tidak ada aturan itu,” ujar pelatih yang akrab disapa Koh Didi itu.
Koh Didi mengaku telah menyiapkan sejumlah strategi cadangan bagi para pemain agar tidak gugup saat menyesuaikan dengan aturan baru servis dari BWF dalam kejuaraan All England 2018.
“Kami mengantisipasi jika mental para pemain jatuh, terutama ketika mereka terus terkena pelanggaran servis,” kata Koh Didi.
Di samping penyesuaian aturan baru servis, sektor ganda putri PBSI meminta tiga pasangan atletnya untuk tetap menjaga mental bertanding agar tidak terlalu turun ataupun semangat berlebihan dalam All England 2018.
“Bagi pasangan Greysia Polii/Apriani Rahayu, saya meminta mereka untuk menjaga harapan agar tidak terlalu percaya diri berlebihan ataupun justru tertekan dari lawan,” kata Koh Didi.
Sementara bagi pasangan Anggia Shitta Awanda/Ni Ketut Mahadewi Istarani dan Della Destiara Haris/Rizki Amelia Pradipta, Koh Didi mengaku akan terus mengawal motivasi dua ganda putri itu agar dapat mencetak prestasi dan menembus peringkat yang lebih tinggi.
“Tujuan saya adalah Indonesia punya pasangan pelapis yang berprestasi untuk Asian Games. Kami ingin punya dua ganda putri yang solid seperti Jepang,” kata Koh Didi.