Manchester United diadang jadwal berat karena harus menghadapi Liverpool dan Sevilla secara beruntun. Namun, Mourinho memutuskan menurunkan skuat terbaik pada duel lawan Liverpool meskipun mereka bakal menghadapi Sevilla di duel hidup-mati beberapa hari kemudian.
Menghadapi Liverpool yang punya lini serang mematikan di Stadion Old Trafford, Sabtu (10/3), Mourinho memutuskan memainkan pola 4-2-3-1 dengan menempatkan duet Scott McTominay dan Nemanja Matic sebagai gelandang jangkar. Duet ini yang kemudian terbukti sukses mengganggu distribusi bola dari lini tengah Liverpool.
Selain itu, Mourinho menurunkan trio Juan Mata, Alexis Sanchez, dan Marcus Rashford. Trio agresif ini tak hanya diinstruksikan Mourinho untuk menyerang melainkan juga turun membantu pertahanan.
Baca juga : Barcelona vs Chelsea, Fabregas Termotivasi Hentikan Messi
Tiap Liverpool menyerang, Rashford dan Mata ikut turun sehingga ruang gerak Mohamed Salah dan Sadio Mane di sisi kanan-kiri lapangan menjadi lebih sempit.
Salah yang merupakan mesin gol Liverpool tak pernah lepas dari penjagaan Ashley Young. Pemain Manchester United bernomor punggung 18 yang biasanya ikut membantu serangan ini lebih difokuskan untuk menjaga benteng pertahanan Manchester United.
Dengan kecepatan Alexis Sanchez dan Rashford, Manchester United memang bisa dengan cepat saat membangun serangan. Terlebih, Lukaku sedang dalam performa terbaiknya dan mampu menahan bola untuk menunggu Sanchez, Mata, dan Lukaku, serta bermain melebar untuk mengacaukan barisan pertahanan Liverpool.
Dari segi skema serangan, serangan Manchester United di laga ini tak ada yang istimewa. Dua gol yang ada diwarnai oleh blunder lini belakang Liverpool yang sudah sering terlihat di laga sebelumnya.
Pada proses gol pertama, Dejan Lovren menempel Lukaku namun tak ikut melakukan duel sundulan di udara. Bola lalu bergulir ke arah Rashford di sisi kanan. Gol pertama Manchester United jelas lahir dari kejeniusan Rashford.
Pemain belia ini memutuskan mengontrol bola sehingga Trent Alexander-Arnold terkecoh dan menyisakan ruang tembak yang lebar untuk Rashford. Rashford lalu melepaskan tembakan ke tiang jauh yang tak mampu dijangkau oleh Karius.
Gol cepat Rashford di menit ke-14 ini yang mengangkat mental pemain-pemain Manchester United untuk percaya diri pada strategi racikan Mourinho di laga ini.
Sepuluh menit berselang, kesalahan koordinasi lini belakang Liverpool berbuah gol kedua. Alexander-Arnold yang memutuskan untuk melepas Rashford dan ikut berebut bola di muka gawang gagal mendapatkan bola.
Bola liar justru bergulir ke arah Rashford. Pemain jebolan akademi Manchester United ini lalu sukses mengirimkan bola ke gawang untuk kedua kalinya.
Keunggulan dua gol seolah jadi ‘izin resmi’ bagi Mourinho untuk menampilkan permainan yang lebih defensif dibandingkan di awal laga.
Mourinho benar-benar bisa menciptakan formasi di lini pertahanan yang memutus ruang gerak trio Liverpool. Nyaris tak ada kerja sama yang membahayakan antara Salah-Firmino-Mane di sepanjang laga. Liverpool lebih banyak melakukan tembakan dibandingkan Manchester United, namun tembakan Liverpool lebih banyak melebar dari sasaran.
Angin keberuntungan sempat bertiup ke arah Liverpool ketika mereka memperkecil kedudukan menjadi 2-1 lewat gol bunuh diri Eric Bailly di menit ke-66. Tetapi hal itu tak membuat Mourinho panik dan langsung tergesa-gesa memasukkan bek-bek untuk menumpuk pemain di kotak penalti.
Mourinho hanya menarik Rashford dan menggantinya dengan Marouane Fellaini. Mourinho butuh tenaga baru di lini tengah sebagai jangkar untuk menemani McTominay dan Matic demi mengganggu aliran bola Liverpool. Skor 2-1 pun akhirnya berhasil dipertahankan Manchester United hingga akhir pertandingan.
Ramuan Jose Mourinho untuk mematikan trio serangan Liverpool terbukti manjur untuk laga ini. Indikasi paling kuat dari sukses ini adalah Manchester United tak butuh penyelamatan-penyelamatan gemilang David de Gea untuk menang.