Para pebulutangkis Indonesia di pelatnas Cipayung hari Rabu (21/2/2018) ini berlatih servis menggunakan aturan baru. Umpire pun ikut mendampingi sesi latihan.
Ada aturan baru soal servis yang diputuskan BWF (Federasi Bulutangkis Dunia) untuk 2018, dengan membatasi ketinggian shuttlecock saat servis, maksimal 1,15 meter. Aturan itu akan mulai diberlakukan pada All England yang berlangsung 14-18 Maret.
PBSI menyadari akan banyak atlet yang kesulitan dengan aturan baru itu. Sebab, masing-masing atlet sudah terbiasa dengan konsep servis yang ada sebelumnya.
“Kami sengaja melatih anak-anak ini servis, khususnya sektor ganda,” kata Kepala Bidang Pembinaan Prestasi Olahraga PBSI, Susy Susanti, di pelatnas Cipayung, Jakarta Timur.
“Jadi ada beberapa kali memberi pengarahan untuk atlet dan dicoba, kemudian divideokan karena ini fatal banget dan kami juga berencana untuk memberikan masukan kepada BWF terkait servis ini. Kami ingin tahu secara pastinya.”
“Karena ini enak banget setelah beberapa puluh tahun mengubah-ubah aturan dan diterapkan di event sebesar All England,” tambahnya.
Dari hasil simulasi servis hari ini, Susy mengungkapkan ada beberapa evaluasi. PBSI juga berencana untuk menyurati BWF terkait temuan yang mungkin bakal merugikan pebulutangkis Indonesia.
“Pertama, kami melihat penempatan servisnya jika servis judgenya posisinya beda pasti sudut pandangnya juga berbeda.
Jika agak jauh itu tidak fault, tapi begitu dekat servis bisa fault. Jadi berapa jarak antara tempat duduk dengan servis judge dengan yang dinilainya itu akan kami tanyakan,” kata dia.
“Lalu dari masukan itu, jika servis judge minus atau plus beda juga sudut pandangnya. Kami tidak ingin dirugikan dong dengan hal-hal baru seperti ini. Sebab, ada atlet kami yang keunggulannya di servis. Di lihat dari ketinggian tidak fault tapi dari sudut pandang servis judgenya itu yang harus dibenahi. Kami harus tahu itu,” tuturnya.