Jakarta – Nama Cengiz Under memang masih sedikit asing di telinga penggemar sepakbola. Namun winger AS Roma itu perlahan membuktikan kalau ia tak boleh diremehkan.
Under jadi salah satu rekrutan Roma di bursa transfer musim panas 2017. Pemain berusia 20 tahun itu diboyong dari Istanbul Basaksehir dengan nilai transfer mencapai 13,4 juta euro. Angka tersebut dinilai mahal mengingat pengalaman Under –yang baru sebatas di Liga Turki– serta usianya yang masih muda.
Under menghadapi ekspektasi besar sejak awal kedatangannya di Roma. Ia diharapkan bisa mengisi posisi sayap kanan yang ditinggalkan oleh Mohamed Salah yang dilego ke Liverpool. Apalagi ia juga punya julukan yang tak main-main: ‘Dybala dari Turki’.
Mengingat rekam jejak transfer Roma, yang kerap mendatangkan pemain muda yang dicap sebagai ‘the next’ tapi pada akhirnya gagal berkembang, Romanisti patut pesimistis dengan kedatangan Under. Nasibnya dikhawatirkan akan berujung sama dengan rekrutan-rekrutan gagal lainnya.
Kekhawatiran itu seperti bakal jadi kenyataan. Di paruh pertama musim, Under kesulitan menembus starting XI Roma. Ia hanya empat kali menjadi starter di Serie A sebelum pergantian tahun.
Kesulitan beradaptasi dengan lingkungan baru ikut berpengaruh terhadap performa Under. Bahasa menjadi kendala terbesar untuk pemain yang sudah punya tujuh caps bersama timnas senior Turki itu. Kesulitan berkomunikasi membuat Under merasa terasing–sesuatu yang tidak ia antisipasi sebelumnya.
“Itu benar-benar berat. Saya benar-benar merasa sendirian untuk pertama kalinya, benar-benar sendiri. Itu adalah kali pertama saya merasakan kesepian yang nyata,” Under mengatakan dalam wawancara dengan Guardian pada November 2017.
Beruntung bagi Under, Roma menyediakan penerjemah yang juga membantunya di luar lapangan. Perlahan, kemampuan Under berkomunikasi dengan rekan-rekannya membaik meski masih belum bisa diwawancara dalam bahasa Italia.
Di paruh kedua musim, Under mulai unjuk gigi. Belakangan, ia menjadi starter dalam enam pertandingan terakhir di semua kompetisi. Perubahan skema permainan Eusebio Di Francesco dari 4-3-3 menjadi 4-2-3-1 juga ikut menguntungkan Under.
Tak sekadar jadi starter, Under juga menunjukkan kontribusi nyata. Ia mencetak gol perdananya untuk I Lupi–yang juga jadi penentu kemenangan 1-0–saat tandang ke markas Hellas Verona pada 4 Februari. Gol dari Under itu sekaligus mengakhiri puasa kemenangan Roma yang kala itu sudah berlangsung tujuh pertandingan.
Under melanjutkan performa impresifnya dengan mencetak dua gol serta membuat satu assist saat Roma menang 5-2 atas Benevento. Di akhir pekan lalu, Under mengawali kemenangan 2-0 Roma di markas Udinese dengan tendangan keras dari luar kotak penalti.
Under kembali mendapat kepercayaan dari Di Francesco untuk main sejak menit pertama kala Roma tandang ke markas Shakhtar Donetsk di leg pertama babak 16 besar Liga Champions, Kamis (22/2/2018) dini hari WIB. Bagi Under, itu adalah debutnya di Liga Champions.
Under menandai debutnya itu dengan mencetak gol di menit ke-41 untuk membawa Roma memimpin. Namun pada akhirnya Roma tumbang 1-2 di tangan Shakhtar.
Kendati demikian, kekalahan Roma tak menutupi sinar Under yang kian terang. Ia kini tercatat sudah terlibat langsung dalam enam gol Roma (lima gol dan satu assist) dalam empat penampilan terakhirnya.
Meski Under mulai menanjak, Di Francesco menilai pemainnya itu masih perlu memperbaiki sejumlah aspek.
“Dia perlu meningkatkan pengambilan keputusannya. Kadang dia bermain dengan kepala menunduk dan tidak melihat pilihan, tapi dia bermain jauh lebih untuk tim daripada ketika dia pertama kali datang,” Di Francesco mengatakan usai Roma menang atas Udinese.
“Dia punya teknik yang menakjubkan seperti yang bisa Anda lihat. Kemampuan terbaiknya adalah menempatkan diri untuk melepaskan tembakan, dia menunjukkan kaki yang cepat.”
Perlahan tapi pasti, Under mencuri hati suporter Roma lewat performa impresifnya. Penggemar sepakbola juga mulai memerhatikan namanya. Under (saat ini) bukan lagi pemain yang underrated.