Eko Yuli Irawan mengingatkan agar seluruh atlet berlatih keras menjelang Asian Games 2018 Jakarta dan Palembang. Jangan hanya menuntut hak.
Eko sudah kenyang dengan pengalaman uang saku telat di pelatnas. Peralatan yang terlambat juga bukan hal baru bagi lifter yang sudah bergabung dengan pelatnas sejak 2006 itu.
Eko menilai, pemerintah saat ini memberikan dukungan cukup baik kepada atlet untuk berprestasi. Justru dia melihat tak sedikit atlet yang menuntut terlalu banyak hingga lupa untuk memersembahkan medali buat kontingen Indonesia.
Baca juga : INASGOC Luncurkan Merchandise Resmi Asian Games 2018
“Kondisi pembinaan sekarang sudah lebih baik. Dan sudah semestinya lebih baik lagi ke depan. Kalau bisa lebih baik lagi. Di sisi lain atlet jangan menuntut saja ke perintah tapi kami harus lebih baik lagi,” ujar Eko.
“Nggak fair kan nuntut terus ke pemerintah, namun kami nggak selesaikan kewajiban. Nggak adil kalau kita lupa dengan kewajiban kita. Apa yang kita terima harus dipertanggungjawabkan dengan prestasi,” lifter 28 tahun itu menambahkan.
Tapi, Eko masih menyimpan harapan agar tunjangan hari tua untuk peraih medali olimpiade segera memiliki payung hukum. Sebab, status itu diyakininya bisa mendongkrak keyakinan orang tua untuk mendorong anak-anaknya menjadi atlet.
Ya, tunjangan hari tua sempat dicairkan kepada peraih medali olimpiade. Tapi, dalam prosesnya tunjangan itu disetop karena tak memiliki landasan hukum.
“Ada sedikit ganjelan yang waktu lalu ada tunjangan hari tua, untuk para olimpiade peraih medali disetop, diadakan lagi,” ujar Eko.
“Kan pemilik medali olimpiade tidak banyak, tidak sampai 30 orang, mestinya bisa diusahakan lagi, terealisasi lagi,” dia menuturkan.
“Saat ini, apresiasi untuk atlet ada berupa CPNS, tapi levelnya tdaik dibedakan (antara medali SEA Games dan olimpaide). Kalau sama, berpotensi atlet sudah puas untuk fokus dengan medali SEA Games, belum tentu ke level yang lebih tinggi. Bukan berarti kita nggak bersyukur ya, tapi itu demi agar nggak puas dengan medali SEA Games,” ujar dia.
