Asian Games 2018 Jadi Pertaruhan Cabor Tinju

 

Cabor tinju harus segera bangkit dan menjadikan Asian Games 2018 sebagai momentum untuk membuktikan bahwa olahraga itu masih bisa berprestasi.

Olahraga tinju amatir Tanah Air memang jalan di tempat dalam beberapa tahun terakhir dan relatif tidak ada prestasi yang luar biasa atau minimal gebrakan. Test event Asian Games yang baru saja digelar bulan lalu jadi buktinya.

Menurunkan 10 atlet, kontingen tinju Indonesia hanya mampu meraih 2 medali perak. Minimnya pengalaman membuat mental bertanding para petinju Indonesia sangat minim.

Oleh karenanya, PB Pertina selaku otoritas tinju tertinggi Tanah Air harus bisa bergerak cepat di waktu tersisa sekitar limat bulan ini. Sebab Asian Games 2018 jadi ajang pembuktian apakah cabor tinju Indonesia masih bisa berprestasi atau tidak.

Apalagi peluang Indonesia meraih medali emas dari cabor tinju dinilai sangat kecil. Namun, hal itu bisa bisa saja diperbaiki asalkan ada pembenahan dan pelatihan yang baik.

BACA JUGA :  Jelang Asian Games 2018, Renang Indah Cari Pelatih Baru

“Kalau tidak dibenahi dengan baik hasil test event, kami hanya sebagai tuan rumah tidak bisa menghasilkan emas. Hasil test event kemarin harus diperbaiki, digodok, kepelatihan dibenahi, fisik dibenahi karena kemarin yang turun bukan tim inti, masih ada lapis dua yang main,” ujar pengamat tinju Hengky Sitalang yang juga Ketua Pertina DKI Jakarta, Minggu (4/3/2018) sore WIB.

“Tapi kan tim utama dengan lapis kedua itu seharusnya tak beda jauh dan kemarin test event diikuti oleh sembilan negara. Besok Asian Games ada 40 negara apalagi diikuti okeh negara-negara kuat, seperti Uzbekistan. Mereka bagus. Kalau seperti kemarin tidak dibenahi kami akan jadi tuan rumah saja,” lanjutnya.

Hengky menjelaskan salah satu cara meningkatkan kualitas para atlet tinju di Asian Games adalah dengan berlatih keras. Dengan memperbanyak try out ke luar negeri juga dinilai bisa membantu.

“Ya mesti digenjot. Kalau mau lebih bagus, bisa dicontoh dari Thailand mereka membawa pelatih dari Kuba, ditarik ke negaranya. Seharusnya bisa seperti itu ditarik ke negara kami memberikan blue print ke daerah-daerah jadi kami punya acuan. Jangan ambil satu-satu agak kurang tepat,” paparnya.

“Bisa juga dengan try out yang banyak. Kalau mau jadi petinju baik, negara tinju yang maju maksimal try out 16 kali ke luar negeri. Kalau di sini cuma tiga sampai empat kali mau dapat kayak medali emas bagaimana. Itu lah peran pemerintah melalui dukungan dana dan pembinaan. Pembinaan bisa bagus kalau finansial juga bagus,” tutupnya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *