London diguyur salju pada Kamis (1/3) dan mayoritas pendukung Arsenal pun kesulitan untuk tetap memiliki kehangatan cinta pada Arsene Wenger usai laga lawan Manchester City berakhir.
Badai yang turun membuat ketebalan salju mencapai 50 sentimeter. Hal itu membuat sekolah di London diliburkan dan transportasi massa juga mengalami gangguan.
Duel Arsenal vs Manchester City di Stadion Emirates jadi satu yang terkena dampaknya. Meski pihak panitia mengumumkan tiket terjual 58.420 lembar, namun terlihat jelas banyak bangku kosong yang tersaji di Stadion Emirates.
Cuaca dingin memang jadi alasan tepat untuk bertahan di rumah, namun performa buruk Arsenal di bawah Wenger juga jadi alasan kuat mengapa mereka tak perlu berjuang untuk menyaksikan langsung aksi Petr Cech dan kawan-kawan di lapangan.
Arsenal datang ke laga ini dengan membawa kekalahan 0-3 dari Manchester City di final Piala Liga. Kekalahan itu memupuskan harapan Arsenal meraih trofi lebih cepat musim ini.
Seolah tak belajar dari kekalahan sebelumnya, Arsenal kembali tumbang dengan catatan tiga gol tanpa balas. Kali ini, ketiga gol Manchester City lahir di babak pertama.
Nama Bernardo Silva, David Silva, dan Leroy Sane yang terpampang di papan skor sudah cukup untuk membuat banyak suporter Arsenal memilih pulang lebih cepat, meninggalkan Arsenal yang tengah terluka dan kembali menghangatkan diri di rumah.
Stadion yang terlihat kosong jadi pemandangan yang seirama dengan penampilan Arsenal di sisa laga. Tanpa tenaga dan gagal menyulitkan sang pemuncak klasemen.
Wenger pun dengan lapang dada menerima sorakan ketidakpuasan dari para suporter Arsenal yang tersisa di akhir pertandingan.
Wajah Arsenal memang makin memburuk dalam sebulan terakhir. Dari lima laga yang mereka jalani, Arsenal hanya mampu meraih satu kemenangan, yaitu melawan Ostersunds FK di ajang Liga Europa.
Selebihnya, mereka kalah dalam duel derby lawan Tottenham Hotspur plus dua kali dipermalukan oleh Manchester City. Wajar saja bila suporter Arsenal makin murka.
Cinta suporter Arsenal pada Wenger memang sejatinya sudah lama meredup. Arsenal sudah lama tak menjadi penantang titel juara, berbeda jauh dengan momen keemasan Wenger di 10 tahun pertama bersama Arsenal.
Saat langganan zona empat besar di akhir musim jadi alibi bahwa Arsenal tetap konsisten, kini posisi tersebut makin menjauh dari Arsenal. The Gunners ada di posisi keenam dan terancam tak bisa ikut Liga Champions untuk dua musim beruntun.
Skema permainan menyerang yang dibawa Wenger sudah usang dan perlu pembaruan. Catatan gagal mencetak gol lawan Spurs dan Manchester City menunjukkan bahwa lini serang Arsenal kini sama buruknya dengan lini pertahanan mereka yang lebih dulu terkenal rapuh sebelumnya.
Dalam beberapa musim terakhir, penyelamat Wenger adalah trofi Piala FA. The Gunners tiga kali juara Piala FA dalam empat musim terakhir. Sedangkan di musim ini, garis nyawa Wenger untuk memberikan pembelaan lewat raihan trofi makin tipis.
Arsenal sudah tergusur dari Piala FA dan tak mungkin juara Liga Inggris karena kini berjarak 30 poin dari Manchester City. Peluang terbaik Arsenal meraih gelar musim ini ada pada Liga Europa. Namun, perjalanan di turnamen itu masih panjang dan Arsenal sudah harus berhadapan dengan AC Milan di babak 16 besar.
Suporter Arsenal sudah hafal dengan alasan Wenger dari musim ke musim, mulai dari kompetisi makin ketat, cedera pemain, hingga sulitnya mencari pemain karena harga pasar pemain sudah rusak dan nilai pemain dianggap lebih tinggi dibandingkan nilai aslinya.
Wenger adalah sosok yang mengangkat nama Arsenal di Liga Inggris dan catatan ‘The Invincble’ Arsenal musim 2002/2003 akan sulit disamai tim manapun di masa depan. Namun seiring waktu berlalu, rasa hormat yang ada semakin menguap.
Kursi penonton yang kosong di Stadion Emirates adalah teguran keras untuk Wenger dan pasukannya. Saat ini, Wenger masih bisa berlindung di balik alasan badai salju. Namun, ketika cuaca nanti cerah dan kursi penonton masih banyak yang kosong, maka itu berarti cinta suporter Arsenal pada Wenger sudah membeku.